logo Kompas.id
TajaBanyuwangi Ethno Carnival...

Banyuwangi Ethno Carnival 2025, Simpul Budaya dan Spiritual Kehidupan

BEC menjadi sebuah event yang merajut kekuatan budaya, sosial, ekonomi. Tidak hanya untuk Banyuwangi tapi juga Jawa Timur dan Indonesia.

Pemkab Banyuwangi
Artikel ini merupakan kerja sama antara harian Kompas dan Pemkab Banyuwangi.
· 3 menit baca
https://assetd.kompas.id/yLnaM4_uTA1beI7vyA1hffyD3nY=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2025%2F07%2FTAJA-PEMKOT-BANYUWANGI-1-720x405.jpeg
DOK DISKOMINFO BANYUWANGI

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) secara berturut-turut selama empat tahun masuk dalam kalender pariwisata Kharisma Event Nusantara (KEN) dan pernah menjadi salah satu yang terbaik.

Banyuwangi Ethno Carnival kembali dihadirkan dengan segala kemegahan atraksinya. Parade busana seni budaya ini tidak hanya menyajikan parade kostum spektakuler, tetapi juga menjadi panggung bagi para anak-anak muda Banyuwangi berbakat untuk menampilkan kreativitas karyanya.

Parade dibuka dengan penampilan Putri Indonesia 2025 Firsta Yufi Amarta Putri. Firsta yang baru saja meraih gelar Miss Supranational Asia & Oceania 2025 dalam ajang international Miss Supranational 2025 di Polandia ini mengenakan busana rancangan desainer Banyuwangi Deny Arthara. Busana apik yang dikenakan Firsta mengangkat tema heroisme pahlawan perempuan Banyuwangi, Sayu Wiwit-Burning Women's Spirit.

Disusul ratusan penari Gandrung dan sendratari yang menaggambarkan tema yang diangkat dalam BEC, Ngelukat. Sebuah tradisi masyarakat Suku Osing, suku asli Banyuwangi, yang menggambarkan setiap fase kehidupan manusia sejak sebelum lahir hingga meninggal dunia.

https://assetd.kompas.id/FrVD3AGZPSmvuY2D1h7I3WKmRL8=/1024x575/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2025%2F07%2FTAJA-PEMKOT-BANYUWANGI-2-720x404.jpeg

Setiap fase tersebut diterjemahkan dalam kostum-kostum yang sangat apik rancangan desainer muda Banyuwangi. Ada kostum tema selapan (hamil 7 bulan), mudun lemah (turun tanah), sunatan, hingga pernikahan.

“Setiap tradisi itu menghubungkan manusia dengan Tuhan, alam, dan leluhurnya. Ngelukat bukan sekedar ritual. Tapi juga simpul budaya dan spiritual yang menyatu dalam kehidupan manusia,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.

"Dengan pertunjukan ini, Banyuwangi mengambil sikap bahwa budaya tidak untuk ditinggalkan. Tetapi untuk dikuatkan, didaur ulang, dan dihidupkan kembali dengan cara yang kreatif," tambahnya.

https://assetd.kompas.id/pRThsWvTMCNqPRY8vtzjdQeYQxg=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2025%2F07%2FTAJA-PEMKOT-BANYUWANGI-5-720x405.jpeg

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang membuka BEC menyatakan apresiasinya kepada pemkab dan seluruh warga Banyuwangi yang telah menggelar event ini.

"Banyuwangi telah konsisten mengangkat budaya lokal menjadi kekuatan yang ditampilkan ke level nasional bahkan internasional. Terima kasih untuk semua tim kreatif Banyuwangi yang telah mempersembahkan karya terbaiknya," kata Khofifah.

Khofifah mengatakan BEC menjadi sebuah event yang merajut kekuatan budaya, sosial, ekonomi. Tidak hanya untuk Banyuwangi tapi juga Jawa Timur dan Indonesia. "BEC menjadi kekuatan budaya dari Banyuwangi yang turut menguatkan peradaban bangsa," imbuhnya.

https://assetd.kompas.id/TQcIvocN2XkoYGOcAgkRgVKHS2Q=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2025%2F07%2FTAJA-BANYU-WANGI-720x405.jpeg

Para desainer dan model menampilkan busana spektakulernya dimulai Taman Blambangan  hingga Kantor Bupati dengan jarak 2,5 km. BEC diikuti peserta mulai dari anak-anak hingga dewasa yang menampilkan tema dalam Ngelukat.

Parade ini juga diikuti sejumlah wisatawan asing yang kebetulan sedang berlibur di Banyuwangi. Salah satunya Diego Manuel asal Peru. Dia bahkan sampai tertarik untuk ikut jalan di atas catwalk. Diego mengenakan kostum busana pengantin Osing. Dia mengaku senang bisa turut meramaikan parade catwalk.

“Saya sangat senang ikut parade ini dan mengenakan busana etnik Banyuwangi. Parade seperti ini mirip dengan karnaval Rio de Janeiro,” kata Diego.

https://assetd.kompas.id/J7i5Aop6O2lbh7qTdB_GTP4qQww=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2025%2F07%2FTAJA-PEMKOT-BANYUWANGI-4-720x405.jpeg

Terpilih jadi top 10 Karisma Event Nusantara

BEC secara berturut-turut selama empat tahun masuk dalam kalender pariwisata Kharisma Event Nusantara (KEN) dan pernah menjadi salah satu yang terbaik.

"Event ini merupakan kebanggaan Indonesia, kebanggaan Kementerian Pariwisata juga. Tahun lalu, BEC berhasil menjadi 10 event terbaik. Dan ini bukan hal yang biasa," kata Staf Ahli Bidang Transformasi Digital dan Inovasi Pariwisata, Masruroh.

https://assetd.kompas.id/yJipkGHbK2y-hBzlHOUupSwIGc8=/1024x576/https%3A%2F%2Ftaja.kompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2025%2F07%2FTAJA-PEMKOT-BANYUWANGI-3-720x405.jpeg
DOK DISKOMINFO BANYUWANGI

Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.

Ada tiga hal yang membuat BEC terpilih kembali dalam KEN. Pertama, komitmen dari pemimpin daerah yang mendorong event digelar secara konsisten dan berkualitas," ujar Masruroh.

Kedua, BEC mengangkat kekuatan lokal, tidak hanya dalam temanya namun dukungan dari masyarakat baik yang terlibat langsung maupun tidak. Ketiga, BEC dinilai memberikan dampak positif terhadap budaya, sosial, dan ekonomi bagi masyarakat.

"BEC telah menjadi event nasional bahkan internasional yang menyedot banyak wisatawan. Kami berharap event ini bisa menginspirasi daerah lain," pungkasnya. [*]

Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699